Naik Bus Malam di Myanmar
Bus Bagan-Mandalay |
Bus malam yang kami tumpangi
pertama adalah bus malam yang bertolak
dari Yangon ke Myanmar. Bus yang namanya tak bisa saya baca ini saya dapatkan dari supir taksi yang
mengantar kami dari bandara
ke terminal. Katanya, “this is the best bus company in Yangon.” Kami percaya saja. Katanya lagi, “you are
lucky, only 2 seat left. For you.” Kami juga percaya.
Nyatanya, busnya tak seindah perkataan si supir taksi. Bus lain yang
ada di terminal terlihat lebih mentereng. Soal “keberuntungan” juga tak
terbukti. Bus kosong, saya bahkan tidur sambil selonjor, mengambil jatah bangku
4 orang. Kalau ini yang dimaksud si supir dengan keberuntungan, ya saya
beruntung.
Satu-satunya hal baik dari bus ini adalah sang supir. Di awal
keberangkatan, supir ini melakukan banyak ritual: mulai dari membersihkan stir
(yang memakan waktu 10 menit), memeriksa AC (yang sebenarnya tak perlu
diperiksa karena sudah jebol), mengalungkan bunga ke spion, dan berdoa. Supir
yang religius!
Supir ini pun rela mematikan AC—yang amat dingin dan tak bisa
dikecilkan—jika ia merasa penumpangnya kedinginan. Indikatornya gampang,
penumpangnya (termasuk saya) bolak-balik memeriksa tisu yang dimanfaatkan menyumpal lubang AC.
Ngomong-ngomong soal AC, semua bus malam di Myanmar ini terkenal dengan AC
yang kelewat dingin. “You buy air
conditioner bus, you get it”, mungkin itu semboyan para pengusaha bus itu. Saya
ibarat orang kampung yang kena musim dingin: kaki disumpal kaos kaki tebal,
baju dilapis dua, ditambah lagi dengan jaket tebal. Biarlah, yang penting tidur
nyenyak.
Terpesona Video Klip ala
Myanmar
Bus malam saya yang kedua adalah bus Bagan Mandalay. Berbeda dengan bus
sebelumnya, bus ini lebih nyaman dan teratur. Apalagi ada Pak Manajer, yang
mengatur segala hal di dalam bus. Pak manajer yang klimis, tak bersarung dan
tak bersirih ini yang memegang kendali atas bus. Dia yang yang mengatur kapan
bus berangkat, siapa saja yang boleh naik bus, dan acara apa yang ditayangkan
di televisi bus.Ya, acara di televisi yang membuat saya terjaga.
Sewaktu menaiki bus malam di Kamboja beberapa tahun lalu, saya mendapat
suguhan “lawak pantura ala Kamboja.” Sepanjang malam, saya harus terjaga,
mendengar suara keras dari televisi, ditambah suara tawa membahana dari para
penumpang. Tak ingin kejadian itu
terulang, saya mempersiapkan sumbat telinga. Tapi ternyata, di bus ini, sumbat
telinga saya tak berguna. Bukan karena suara keras, bukan juga karena gelak
tawa penumpang. Saya terjaga karena yang ditayangkan di TV adalah video klip
penyanyi Myanmar, yang minta ampun garingnya.
Video klip pertama adalah video klip dari penyanyi pria berambut gondrong,
yang mirip Once mantan personil Dewa. Si Once gadungan ini bernyanyi di suatu
pertunjukan, disaksikan oleh wanita yang sepertinya sang pujaan hati. Wajah si
wanita berwambut panjang ini muncul terus menerus di layar backdrop panggung.
Lucunya, walaupun si wanita ini melihat wajahnya di layar, ekspresinya datar,
seakan ia tak tahu kalau wajahnya terpampang dengan besarnya di sepanjang
acara.
Setelah video klip ini ditayangkan, saya jadi penasaran, video klip apa
selanjutnya. Ternyata bukan Once lagi yang muncul, tapi pria yang berkaus putih
ketat bercelana jeans yang robek di bagian lututnya. Pria ini berdiri di
samping jendela di sebuah apartemen. Dari tempat ia berdiri itu, terlihat jelas
mobil-mobil berseliweran, yang sayangnya, terlihat sangat palsu. Sepertinya,
pria ini mau menunjukkan kekayaannya, karena ia berkali-kali menunjukkan isi
apartemennya itu.
Setelah puas berdiri dekat jendela, si pria ini pun menelpon sang gadis
pujaan, menggunakan hp yang luar biasa besarnya. Sang gadis berhanduk lalu
mengangkat telepon si pria, kerepotan karena ia harus memegangi handuknya
sambil menarik anten handphone, yang luar biasa panjangnya.
Setelah itu, si pria mengikuti gadis ini—yang baru saya sadari adalah gadis
yang sama dengan video klip pertama tadi—ke sebuah mal. Gadis ini membeli perhiasan, baju, sepatu,
dan banyak barang lainnya, sementara si pria malu-malu mengintip gadisnya dari
balik rak baju.
Adegan selanjutnya tak saya lihat, karena pak manager tiba-tiba mengganti
acaranya. Saya memekik perlahan, mengeluarkan suara “yah...” Rupanya pak
manager yang duduk di bangku depan saya mendengar kalimat itu. Dengan bangganya, dengan tatapan “wow, you
like my music”-nya, dia kembali memencet remote, mengembalikan ke saluran
semula. Yeay!!
Kini, di televisi muncul lagi Once gadungan. Kali ini, ia sedang bersama
teman-temannya di sebuah kamar. Di samping tempat tidurnya ada sebuah televisi
tabung dan telepon rumah berwarna merah, yang berkali-kali disorot kamera.
Rupanya, telepon masih merupakan barang mewah bagi rakyat Myanmar, sehingga
barang ini pun menjadi simbol kemakmuran sesorang.
Scene selanjutnya dipenuhi oleh telepon. Si telepon ada di mana-mana, mulai
dari di dalam rumah, di mobil, bahkan di lapangan basket! SI pria dan si gadis pun sepanjang video klip
terus menerus menelpon, mulai dari kamar mandi (lagi-lagi), mal, sampai di
panggung pertunjukan!
Yang paling menggelikan adaah bagian terakhir video klip ini. Di scene ini,
Once gadungan duduk di kap mobil. Dan sang gadis duduk menyamping di bangku
depan, dengan kaki menjolor keluar….sambil menelpon! Tak lama kemudian, di
belakang mobil ada air dengan riak-riak. Oo, ceritanya di tepi laut, pikir
saya. Walaupun terlihat sangat palsu, tapi bolehlah usahanya. Tapi ternyata,
lama kelamaan air ini muncul juga di bagian ban, lalu naik hingga menyentuh pintu mobil.
Hebatnya…si gadis tetap duduk tenang, tersenyum sambil menelpon!!
Bawa Bangku Sendiri
Kebanggan bapak manager terhadap saya, yang cinta video klip negerinya,
sedikit ternoda oleh ulah saya di perhentian bus. Saya, yang malas makan di
perhentian itu (karena tak sreg dengan tempatnya), membeli telor puyuh dan nasi
bungkus. Rencananya, nasi bungkus plus telor puyuh ini akan saya makan di
perjalanan. Baru saja saya menyelesaikan suapan pertama, si bapak manajer
mendatangi saya sambil berkata dengan galaknya. “Can not eat at bus becos air
conditioner. If you want eat, you quit. I will wait you.”
Sejak itu, dia jadi curiga terhadap saya. Setiap saya tak sengaja
menyenggol plastik makanan, yang mengakibatkan bunyi kresek-kresek, dia
langsung memandang ke saya. Karena sebal, timbul rasa iseng. Saya berkali-kali menyenggol plastik
makanan, sehingga pak manajer pun berkali-kali menengok ke arah saya. Setelah dia menyerah alias tak
menengok-nengok lagi, saya pun menghentikan keisengan saya.
Oiya, sejak perhentian itu, penumpang bus jadi bertambah. Bukan penumpang
legal yang duduk nyaman di kursi seperti saya, tapi penumpang illegal yang
duduk di lorong tengah, dengan kursi yang dibawa sendiri! Dan ternyata, penumpang berkursi plastik
bukan hanya satu atau dua orang, tetapi sepuluh! Oalah..
Norak di Bus Ketiga
Bus malam ketiga saya adalah bus
Mandalay-Bagan. Saya mendapat bus ini dari hotel tempat saya menginap. Di awal,
saya dan travelmate saya bersikeras meminta resepsionis mencarikan JJ Express,
karena kami sempat melihat bus ini di terminal Mandalay tempo hari.
Teryata, menurut sang
resepsionis, ia tak berhasil mendapat JJ Express dan menyarankan kami naik bus
Satamann, yang baru saja beroperasi. Karena baru, bus ini memberikan harga
khusus: 14.000 kyat. Bus JJ express saat itu harganya 17.000 kyat.
Saya sebenarnya sadar, si
resepsionis sepertinya tak memesan JJ Express, dan menganjurkan bis ini karena
bekerja sama dengan hotelnya. Tapi, sudahlah, harganya murah. Rasanya, setelah naik dua bus aneh
sebelumnya, saya bisa menerima bus dalam kondisi apa saja.
Ternyata, bus ini jauh lebih bagus
dari perkiraan saya. Busnya dua tingkat. Bagian bawahnya terdiri dari kamar
mandi, bagasi, dan ruang sopir. Sementara tempat duduk ada di lantai dua. Tempat
duduknya pun nyaman, berupa reclining seat yang mirip di pesawat, dilengkapi
dengan sandaran kaki. Ada selimutnya pula.Senangnya!
Begitu duduk, saya disuguhi kopi
lattedan diberi peralatan mandi (handuk kecil, sikat gigi dan odol). Bakal
nyenyak tidur nih, pikir saya. Ternyata saya salah. Semua kenyamanan ini hilang
akibat AC yang terlalu dingin. Parahnya lagi, ACnya sentral yang tak bisa
dikecilkan, atau paling tidak disumbat dengan tisu. Alhasil, saya kembali
terjaga. Saya baru bisa memanjamkan mata 10 menit sebelum sampai di Yangon,
lalu bangun dengan pilek sempurna.
TIP
Bus di Myanmar tak bisa dipesan
online. Satu-satunya cara adalah dengan membelinya on the spot atau meminta
bantuan hotel tempat Anda menginap. Cukup banyak bis yang beroperasi, namun
yang paling terkenal adalah JJ Express,
Shwe Mandalar, dan Mandalar Inn.
Labels: jilbab backpacker story, Myanmar
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home