Grand Palace
Grand Palace dan What Phra Keuw adalah tujuan utama gue hari ini. Untunglah langit masih bersahabat. Langitnya biruu dan jernih banget, bikin foto-foto gue jadi bagus. Tapi, ada efek samping dari langit yang tanpa awan itu. Panaas banget..
Setelah berjalan kaki selama selama 5 menit lebih, gue sampai juga di komplek Grand Palace. Komplek ini ternyata bener-bener “grand” (luasnya 218.000 m2!!!). Di sini ada 34 bangunan, yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Dulunya, raja tinggal di sini. Tapi sekarang, raja berpindah ke tempat lain.
Harga tiket tergolong mahal untuk ukuran turis kere macam gue: sekitar 250 bath. Tapi uang itu nggak akan terbuang percuma. Kepuasan dan kekaguman yang didapat ketika mengitari kompleks kerajaan ini rasanya setara dengan uang yang dikeluarkan.
Kilau Emas
Begitu masuk ke komplek, yang pertama akan terlihat adalah stupa berwarna keemasan. Stupa yang ujungnya seperti ulir ini emang bagus banget. Megah dan mewah. Kabarnya, stupa ini dibangun dengan meniru Angkor Wat yang ada di Kamboja.
Di samping stupa ada sebuah bangunan lain yang dilapisi dengan kaca-kaca dan porselen yang dipotong kecil-kecil. Gue nggak tahu apa fungsi bangunan yang dinamai Phra Mandop ini. Tapi yang jelas, keren abiss..
Di seberang stupa, terdapat sebuah bangunan lagi yang di dalamnya terdapat sebuah patung Budha bertahtakan Emerald . Bangunan itu terkenal dengan nama Wat Phra Keuw atau Temple of The Emerald Budha. Sayangnya, di dalam situ nggak boleh ambil foto.
Gue pikir, emas yang di melapisi semua bangunan ini adalah emas beneran. Ternyata, cuma sepuhan cat warna emas. Walah…ketipu! Tapi walaupun begitu, gue rasanya betah berlama-lama di sini, soalnya semua angle bagus buat difoto.
Eropa Style
Sekeluarnya dari daerah “emas” (abis semua bangunanya warnanya emas), gue masuk ke area yang arsitekturnya bertolak berlakang dengan daerah emas tadi.
Yang bikin tempat ini jadi beda banget dengan tempat sebelumnya adalah gaya arsitektur bangunan di sini. Kalo bangunan sebelumnya bergaya Thai, bangunan di sini malah bergaya Eropa, lengkap dengan portico, balustrade dan jendela-jendela besar khas Eropa. Mungkin sang Raja pengen meniru istana Buckhingham atau Istana Versailles kali ya..
Lucunya, ada satu bangunan yang bagian bawahnya bergaya Eropa, tapi bagian atasnya diberi atap khas Thailand (lengkap dengan warna emasnya). Mungkin maksudnya mau menggabungkan aliran arsitektur yang berbeda atau mungkin mau memasukkan unsur tradisional ke bangunan modern. Tapi kalo menurut gue, jadinya aneh banget. Istilahnya Bu Doty (dosen perancangan arsitektur): “kayak ada bisulnya”, maksa banget.
Reclining Budha
Di belakang komplek GP, ada sebuah tempat wisata lagi yang bernama What Pho. Di tempat ini ada patung Reclining Budha terbesar, yang panjangnya bisa mencapai 46 meter dengan tinggi 15 meter. Reclining Budha adalah posisi Budha yang sedang berbaring sebelum diangkat menuju Kayangan. Di telapak kaki patung ini terdapat tatahan permata, yang menggambarkan proses kelahiran Budha.
Wat ini juga terkenal karena menyimpan puluhan koleksi patung Budha berbeda ukuran. Sayangnya, ketika gue sampe di tempat ini, hujan turun dengan lebatnya…
Labels: bangkok
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home