Nonton Kecak di Uluwatu
Waktu ke sini setahun lalu, gue bela-belain nonton tari kecak di Pura Uluwatu ini. Gue denger itu keren banget, dan ternyata emang bener-bener keren. Nah, pas gue dapet kesempatan ke sini lagi, gue ngajak temen-temen gue nonton ini. Dan meskipun gue udah nonton ini sebelumnya, gue tetep terkesima dan terkagum-kagum.
Tari kecak ini diadakan di pinggir tebing Uluwatu, menjelang sunset (dimulai jam 5 dan berakhir jam 7). Harga tiketnya emang rada mahal Rp 50.000/orang, tapi sebanding banget dengan pertunjukkan yang disuguhkan.
Area pertunjukkan terdiri dari sebuah lapangan seluas kira-kira 50 m2. Di sekeliling lapangan, terdapat bangku-bangku yang bisa menampung lebih dari 500 penonton. Pas gue nonton tahun lalu, hanya gue dan tiga orang temen gue lah yang bemuka Indonesia. Yang laennya bule-bule dan turis Jepang. Kemaren ini, udah ada peningkatan. Udah banyak orang Indonesia yang tertarik menonton ini.
Pertunjukkan dimulai dengan penampilan puluhan penari pria yang duduk bersila sambil menggerak-gerakan tangan dan mendecakkan irama kecak. Lalu tak lama muncullah Dewi Shinta, tokoh utama cerita ini. Alkisah, Dewi Shinta (istri Rama) ini gundah karena ia diculik oleh Rahwana, raksasa yang jahat. Cerita tari kecak ini memang mengambil setting dari kitab Ramayana, saat Dewi Shinta diculik Rahwana, dan ditolong oleh Rama dan Hanoman (kera putih). Alur cerita klasik ini jadi sangat menakjubkan karena diiringi oleh tarian-tarian gemulai dan irama kecak yang mengasyikkan.
Pertunjukkan akan semakin menakjubkan kala sunset datang. Bangku penonton memang di set sedemikian rupa hingga bisa memandangi pertunjukkan dengan latar belakang sunset di tebing Uluwatu. Suasananya jadi romantis, magis, bikin gue terhiponotis. Keren banget deh..
Di antara semua adegan, gue paling suka saat ada pertunjukkan perang api. Dilatarbelakangi langit yang mulai menggelap, perang api antara Rahwana dan Hanoman ini jadi terlihat lebih hidup. Gue bahkan nggak berniat merekam adegan ini dengan kamera gue, karena gue pengennya ngeliat ini dengan mata langsung, bukan melalui viewfinder atau lensa kamera.
Jadi saran gue, tontonlah pertunjukkan ini. Dijamin ga nyesel..
Labels: Bali
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home