BLOG TERBARU SAYA ADA DI WWW.JILBABBACKPACKER.COM

Monday, January 10, 2011

A Long Journey To Angkor Wat


Di September 2010, gue berkesempatan pergi ke Angkor Wat, bersama 3 orang travelmate gue. Karena sampai saat ini gw belom sempet-sempet nulis soal cerita perjalanan gue di sana, gue post-in dulu beberapa tips perjalanan, yang dikumpulkan gue dan teman2 dari berbagai sumber.
Oiya, rute perjalanan gue adalah Jkt-Ho Chi Minh-Siam Reap (ANgkor Wat)-Phnom Penh-KL-Jkt. Jadi akan ada beberapa ringkasan mengenai kota-kota itu. Cekidot ya..
Ho Chi Minh                                                                                                                                                                 
WHERE TO GO
  • Independence Palace
  • Museum Ho Chi Minh
  • Jade Pagoda ( kaya klenteng) mesti naik taxi ,karena nda tahu pasti lokasinya –> Gunakan MaiLinh taxi dan Vinasun taxi .
  • Notre Dame Cathedral yang berada di pusat kota (hati2 nyebrangnya) dan kantor Pos megah yang ada pas di sebelah Notre Dame.
  • War Remnants Museum untuk melihat kekejaman perang di Vietnam. 
  • Reunification Palace (yang seru malah bunker bawah tanahnya) –> Ingat hampir semua museum di Vietnam beroperasi dari pagi sampai jam 12, terus tutup untuk makan siang dan buka lagi sekitar jam 2an. Harga tiket masuk ke museum2 ini VND 15.000/org.
  • Ben Thanh market, kalau malam hari lapak2 makanan banyak banget, harga juga bersaing. Menu biasanya udah di pajang lengkap sama foto dan harga, jadi kita tinggal tunjuk aja. Belanja juga di Ben Thanh aja, nawarnya yang giat yah.
  • Cu Chi Tunnel –> ikut tur aja, sekitar 4-5 dolar (stgh hari). Ada juga yang digabung dengan tur ke Chao Dai Temple, klenteng 3 agama. Kalau yang ini butuh waktu seharian.
TIPS
  • HCMC-Phnom Penh bus tiketnya US$10-12 (plus visa cambodia diurus orang bus $US24–harga visa $US20+ jasa $US4). Perjalanan 6 jam. Sebaiknya staydi backpacker area De Tham atau Bui Vien Street di HCMC. Agen bus ada banyak di sana.
  • Di De Tham Street HCMC/Saigon (backpacker area-district 1) cari The Sinh Tourist ya. Di Saigon cuma 1 di De Tham street itu.
  • Masuk kamboja pake visa tapi gak mesti ngurus di jakarta kok di sana juga bisa.. aku byr 25 dollar sama org sinh touristnya dan semuanya dia yg urus 10 menit bis jalan org Sinh Touristnya br mulai tnyain siapa-siapa aja yg blm punya visa.. paling nanti diperbatasan tinggal cap paspor periksa bagasi dan cek suhu tubuh..
  • Utk makanan di HCM, perlu dicoba yang namanya mie vietnam pho hoa 
  • Kalo di HCMC, yg saya tahu di Jalan Pham Ngu Lao, byk biro perjalanan. Saya wkt itu pake Vung Tau Tourist, pelayanannya bagus dan mau digerecokin. Tapi tetap,mesti hati2 juga milih biro perjalanan.
  • Untuk makanannya, disana banyak macem2 mie gitu deh, dan berasnya juga enak. dan puas2in makan dragon fruit deh
  • HCM ke SR: (1) direct ke SR biasanya sleeping bus (25-30USD), lama perjalanan direct sekitar 12 jam. bus paling akhir berangkat pk.14.00, (2) sitting bus (20USD), HCMC – PP (9USD). bus paling akhir berangkat pk.15.00 (Samco bus).
  • HCMC-Phnom Penh bus tiketnya US$10-12 (plus visa cambodia diurus orang bus $US24–harga visa $US20+ jasa $US4). Perjalanan 6 jam. Sebaiknya stay di backpacker area De Tham atau Bui Vien Street di HCMC. Agen bus ada banyak di sana.
  • Ada transportasi bus dari Ho Chi Minh (HCM) ke Siem Reap tapi makan waktu lama dan Anda harus melalui Phom Penh dulu. HCM-Siem Reap 6 jam. (Beli tiket di De Tham/Bui Vien Street banyak agent bus kok) Brangkat jam 07.00, 08.00 dan 13.00 harga tiket bus berikut visa masuk Cambodia 23-24$US. Anda tinggal duduk di dalam bus karena yang ngurus awak bus. Ntar di border Cambodia baru turun untuk dicek petugas orangnya yang punya paspor ini ada apa nggak di dalam bus.
  • Waktu aku di saigon, aku ditawari 2 buah model transportasi ke PP, yang satu seharga U$6 (kita harus urus imigrasi sendiri) yang satu lagi U$13 (urusan imigrasi ada yang mengatur). Mereka dengan cueknya menyelesaikan paspor2 yang diberikan oleh calo terlebih dahulu yang memakan waktu sangat lama.
  • Jangan lupa bawa bekal dari saigon, karena bus nggak berhenti untuk makan siang.
  • Bawa uang receh one US dollaran yang banyak karena di sana lebih laku dollar daripada mata uang mereka. dan ni uang ngga bisa dituker dimana2, jadi rugi kalo kebanyakan nuker duit sono. kalo nuker juga DITIPU mulu. jatuhnya uang dollar elo jadi anjlok banget.

Phnom Penh                                                                                                    
WHERE TO GO
  • Russian market (mirip dgn ben than market)
  • Museum Tual Seng
  • Foreign Correspondence Market (FCC)
  • Independence monument
  • Wat Phnom
  • Bong Kaek Lake
  • Hotel yang dulu jadi tpt ngungsi org2 asing waktu jaman Khmer merah, 
  • Psar Thmey
  • Old Market,
  • Musium-21 (2USD)
  • Killing Field / Choeung Ek Genocidal Centre (3USD),
  • Royale Palace + Silver Pagoda (1 area, biayanya kalo tdk salah 6,5USD termasuk biaya camera).

TIPS
  • Dari PP ada beberapa bus yang ke SR, saya sarankan Mekong Express (11 USD), waktu itu saya berangkat pk.14.00 tiba sekitar pk.21.00 di SR.
  • Phom Penh-Siem Reap tiket dibeli di Preah Sisowath Road (tinggal di sini aja banyak hotel murah–kawasan RIVER SIDE), harga tiket $US5-7, perjalanan 5 jam.
  • Di Phnom Penh, sewa Re-mok, kayak tuktuk di Thailand gitu, sehari 12-15 dollar. sudah bisa kemana2, nongkrong di belakang sopir nyante2, gak mikirin jurusan. Waktu itu saya dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore bayar 15 dollar. dah masuk bensin dll.
  • Untuk urusan visa masuk ke Laos dan Kamboja, sebaiknya bayar pakai USD. Karena kalau bayar pakai Baht, akan jauh lebih mahal. Sebab mereka memakai patokan kurs semaunya. Tahun lalu saya membayar visa on arrival Kamboja US$ 25 ( setara dengan 900 baht, waktu itu.
  • Di PP, coba hubungi Mas Firdaus, dia orang indonesia dan sudah 14 tahun di sana. Dia kerja di Bali Cafe GH, tapi sayang Bali Cafe GHnya baru saja tutup dan dia buka restoran lagi. No hpnya mas Firdaus +85512967480*. Orangnya baik sekali. Bilang saja taunya dari Andri.
  • Untuk sewa tuk2 itu per harinya 15 USD (dari jam 8.00pagi sampai jam 4.00sore)
  • Tidak usah tukar Riel (Mata uang Cambodia), karena metoda pembayaran menggunakan USD.
  • Dari Phnom Penh menuju Siam Reap naik bus sekitar 7 jam juga harga busnya sekitar 12 $US.
  • Untuk Kamboja, bila naik bis memang lebih baik naik Mekong Express daripada Cambodia Angkor Express
  • Beberapa info yg masuk ke milis ini bilang bahwa dari thailand ke kamboja lebih rumit daripada jalur vietnam ke kamboja di karenakan banyaknya scam bus di thai ditambah lagi dengan pengurusan visa on arrival (saya baca di blognya mbak Dyah Elok, untuk pengurusan visa yang diatur oleh biro perjalanannya sepertinya ngga ribet dan hanya kena $20 dan $4 untuk jasa pengurusan oleh biro perjalanan tersebut).

Siem Reap                                                                                                       
WHERE TO GO
  • Angkor wat dan Angkor Thom –> ini sudah butuh seharian penuh (biasanya berangkat jam 5 subuh selesai jam 4 sore, pakai tuktukt 10-13 dollar, masuk angkor bayar 20$)
  • Malamnya ke night market atau jalan2 disekitaran pasar lihat2 cafe
TIPS
  • Kalo mau ke Angkor Wat, saya sarankan untuk datang ke sana pagi2 banget pukul 05.00 start dari hotel. Pesan tuk tuk malam sebelumnya. Biasanya mereka mau dicarter seharian dari pukul 05.00-19.00 (sampai sunset dengan 10-15$US). Ratusan backpackers sudah berjajar di depan Angkor Wat sejak 05.00. Jam 9 sebaiknya bergerak ke komplex candi lainnya misalnya ke Bayon Temple, Ta Phrom tempat shooting Tomb Rider Angelina Jolie. Dan setelah pukul 14.00 balik lagi ke Angkor Wat karena udah nggak backlight untuk ambil gambar. Menjelang pukul 18.00 naik ke Phnom Bakeng untuk nonton sunset..
  • Di Siem Reap, nginap saja di kawasan dekat Old Market (dari terminal bus naik tuk tuk $US2). Di Old Market ini banyak bar yang cozy buka sampai lewat tengah malam.
  • Cobain dragon fruit jusnya, enak bgt.
  • Biaya masuk angkor wat, 20 dollar.
  • Sebaiknya di SR kamu udah booked hotel karena terminal busnya agak jauh dr pusat kota & SR kalau malam rada sepi gitu, kecuali daerah Old Market (backpacker area).
  • Kalau naik tuk2 dr terminal ke pusat kota kena sekitar 6USD/orang

Labels: , , , ,

Sunday, January 9, 2011

Long Way To Angkor Wat (part 1): Menuju Ho Chi Minh

September 2010 lalu, gue kembali lagi ke Vietnam. Bukan karena gue suka banget ama ini tempat tapi karena cari rute lain untuk menuju kamboja. Ya, tujuan gue kali ini adalah angkor wat di kamboja. Ada dua alternatif yang bisa gue pilih untuk menuju ke sana.

Alternatif pertama adalah JKT-KL-Siam Reap-KL-JKT. Berhubung gue bosen banget ama yang namanya Kuala Lumpua itu, gue memutuskan untuk nyari alternatif lain. Rute termudah yang berhasil gue temukan adalah JKT-HCM-PP (Phnom Phen)-SR-PP-KL-JKT. Gue pilih rute ini dengan beberapa alasan. Pertama, penerbangannya langsung dari Jakarta, sehingga gue ga perlu bermalam di LCCT lagi (walaupun pulangnya harus). Kedua, gue sebenernya lom pernah ke Ho Chi Minh, jadi ga papalah menuju ke sini. Yang ketiga, gue jadi bisa ngelewatin Phnom Penh sebelum menuju Siam Reap.

Muter-muter sih, yang penting murah...

Hostel di Ho CHi Minh
Gue dan kawan-kawan sampai di sini malam hari. Gue menginap di Ngoc Linh salah satu hostel yang berada di daerah Pham Ngu Lao. Di jalan ini banyak banget hostel murah, ya bisa dibilang daerah backpacker gitu. Dari sini, mo ke mana-mana juga gampang. Di sini, banyak juga agen tur dan agen bus seperti Sinh Tourist, Mylinh, dan sebagainya.

Hostel yang gue tempati itu lumayan juga, harganya 20 dolar/malam (twin). Gue mesennya sih kamar standar, tapi karena si mas-masnya salah masukin data, gue dapet kamar yang rada cakep dengan bathtub. Woo...Tapi ini kata si masnya loh, jangan2 emang harga kamarnya segitu. Gue rada kgk percaya sih ama dia, soalnya sok baik tapi ada maunya gitu. Beda banget ama penjaga hostel di Hanoi dulu (mana yang ini ga ganteng sama sekali).

Dari bandara, gue minta jemputan dari hostel dengan harga $ 14/mobil. Lumayan, karena gue jalan berempat satu orang dapet jatah $3,5. Daripada naek taksi atau bus, mendingan ini karena ternyata, lumayan jauh juga jarak dari bandara ke tengah kota.

Ngoc Linh Hostel
283/21 PHAM NGU LAO STR
DIST.01 HCM CITY, VIETNAM
TEL: (84-8) 3837.5159 -3920.7874
Website: www.ngoclinhhotel.com

Labels: , ,

Long Way To Angkor Wat (hari 2): Chu Chi Tunnel

Objek utama HCM adalah Chu Chi Tunnel. Terowongan bekas Vietkong ini amat terkenal sehingga banyak banget paket yang menawarkan tur ke sana. Gue mengambil paket dari hotel gue aja dengan harga 5 dolar, ga termasuk tiket masuk ke Chu Chi Tunnel dan makan. Hanya jasa nganter doang sih..

Sebenernya banyak jasa tur lain yang menawarkan paket serupa, dengan harga sekitar 4-5 dolar. Tapi berhubung gue males nyari lagi, plus waktu gue di sono hanya sebentar, gue memutuskan untuk ikutan tur ini. 

Selain paket ke Chu Chi Tunnel ini, sebenernya ada paket yang sekaligus mengunjungi Cao Dao Temple, kuil yang digunakan 3 agama sekaligus sebagai tempat sembahyang. Dari foto-foto yang gue lihat, bangunannya keren. Berwarna coklat dengan gaya yang mirip istana di Thailand. Tapi yang paling menarik adalah prosesi sembahyang yang diadakan di waktu tertentu.

Pengen banget gue ikutan tur ini. Tapi sayangnya, waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi kedua objek di atas mesti seharian,sementara kalau hanya mengambil paket Chu Chi Tunnel, jam 2 siang gue sudah bisa kembali ke HCM.  Nah, berhubung waktu mepet, dengan terpaksa gue mengabaikan tawaran menarik itu. 

Jam 8 pagi, seluruh peserta sudah berkumpul di depan hostel. Banyak juga ternyata pesertanya, termasuk dua orang cowo Jerman yang ganteng, yang duduk di sebelah gue. Salah satunya masih ABG banget, pake celana merah dan kacamata gaul yang warnanya sama dengan warna celananya itu. Walah.. Ada juga serombongan ibu-ibu yang selalu melihat gue dengan pandangan takjub. Sepertinya mereka lom pernah liat orang pake jilbab kali ya, jadi mereka heran banget negliat gue yang tertutup dari atas sampe bawah di hari sepanas itu, sementara yang lainnya bermini-mini ria. Hihihi..

Rombongan kami dikawal oleh seorang guide tua yang rada menyebalkan. Dia lebih senang ngobrol dengan ibu-ibu dan bapak-bapak, yang jelas banyak duitnya ketimbang kami, para backpacker muda. Dia duduk di dekat mereka, dan nyuekin yang lainnya. Rese banget kan? Konon, itu khas tur guide Vietnam dan negara-negara berkembang. Mata duitan..

Sebelum mengunjungi Chu Chi Tunnel,  gue dan rombongan dibawa menuju ke sebuah tempat pembuatan kerajinan tangan di daerah Binh Tan. Uniknya, pembuat kerajinan tangan di sini adalah difabel. Salut gue melihat mereka bekerja dengan terampilnya, melukis dan menghasilkan kerajinan yang indah.

Setelah puas melihat para pekerja hebat itu, gue dan rombongan dibawa menuju tujuan utama: Chu Chi Tunnel. Untuk masuk ke sana, kita diharuskan membeli tiket terusan seharga 5000 VND  (kurang lebih Rp 25.000).  Dengan tiket ini, kita akan diajak mengelili area Chu Chi Tunnel, yang terdapat di dalam area yang masih penuh dengan pepohonan tinggi.

Sebelum masuk ke dalam terowongan, kami dibawa ke sebuah ruangan berdinding bata beratap jerami, untuk melihat video mengenai sejarah terowongan ini. Berhubung gue udah sering denger dari nyokap gue yang guru sejarah, gue ga terlalu tertarik menyimaknya. (belagu yah gue)

Selepas dari ruang video, kami dibawa melihat diorama-diorama para Vietkong. Ada diorama orang lagi memasak, lagi membuat peluru, dan sebagainya. Gue bilang, bagusan diorama di Monas, lebih halus pekerjaannya. Yang ini mah kasar, hanya aja dia dibuat di habitat aslinya dan dibuat sebesar orang beneran.

Setelah itu, kami diajak menyusuri hutan melihat senjata-senjata yang digunakan oleh Vietkong. Ada bambu runcing, ada jebakan di tanah yang terbuat dari bambu dan racun. Bule-bule itu sangat kagum melihat senjata sederhana dari bambu ini. Sementara kami, yang asalnya dari negeri ’45, merasa biasa aja mendengar penjelasan si guide yang berapi-api itu. Ohya, guide-nya ini bukan lagi guide yang tadi membawa kita dari hotel. Melainkan seorang bapak-bapak yang dulu pernah menghianati Vietnam dengan menjadi tentara Amerika dan membunuh teman senegaranya. Dan sekarang, dia mencari uang dari hasil karya orang yang dibunuhnya. Kejam tuh Bapak..

Sebelum masuk ke dalam terowongan, kami dibawa menuju sebuah lubang kecil tempat tentara Vietkong bersembunyi ketika sedang berpatroli. Ini lubang bener-bener kecil. Berbentuk persegi empat, dengan kedalaman kurang lebih 1,5 meter. Karena penasaran, gue mencoba masuk ke dalam sini. Masuknya sih gampang, karena ternyata lubangnya masih lebih gede dari badan gue (hehe..sok langsing), tapi keluarnya...ampun susah banget. Secara tingginya 1,5 meter, kaki gue ga bisa mencapai dasarnya. Nah, pas gue mau keluar dengan menumpu pada tangan, kaki gue ga bisa membantu menaikkan badan gue ke atas. Alhasil, dua cowo bule ganteng harus menarik gue keluar dari lubang itu. Dan setelah gue berhasil keluar, semua orang bertepuk tangan dan bersorak gembira. Mokal ga tuh...:p

Tujuan terakhir adalah terowongan. Dari penampang terowongan yang ada di ruang video tadi, terlihat kalau terowongan ini terbagi menjadi 3 level. Di sinilah bangsa Vietkong bersembunyi dan bergerilya melawan tentara Amerika. Konon menurut si guide, ada seorang ibu yang terpaksa membunuh anak bayinya yang menangis, agar tangisannya tidak terdengar tentara Amerika yang ujung-ujungnya bisa membahayakan keselamatan semua orang. Tragis...

Terowongan ini kabarnya panjang banget sampe berkilo-kilo meter, tapi yang boleh dimasuki turis hanya sepanjang 500 m aja.  Turis yang ga mau ikutan masuk bisa nunggu di pintu keluar. Di sepanjang terowongan juga ada semacam pintu darurat untuk turis-turis yang tiba-tiba ketakutan di dalam dan pengen keluar.

Ga tau berapa tinggi terowongan ini. Yang jelas, untuk melewatinya gue harus jongkok. Bahkan berdiri bungkuk pun ga bisa.  Kesian liat para bule yang mencoba masuk ke dalam, harus berjuang berjongkok dengan kaki panjangnya. FYI aja, bule tuh ga bisa jongkok loh...

Gue pikir semua orang masuk ke terowongan ini. Ternyata hanya sebagian kecil dari rombongan kami yang masuk hingga titik akhir. Yang lain ada yang memang dari awal ga masuk, ada yang menyerah di depan pintu masuk, ada juga yang mundur di tengah jalan termasuk dua cowo Jerman ababil itu. Makanya, begitu gue keluar dengan peluh di seluruh  tubuh dan baju kotor, orang-orang yang lain langsung tepok tangan. Hahaha....berasa  jagoan gue :P

Labels: ,

Saturday, January 8, 2011

A Long Way to Angkor Wat (Part 3): Siam Reap dan Angkor Wat

Dari beberapa rekomendasi hotel yang diberikan, akhirnya kami memutuskan menggunakan hotel Popular Guest house yang terletak tidak jauh dari Old Market. Pertimbangan kami, hotel ini ga jauh dari old market, dan beberapa market lainnya, ga jauh dari jalan raya menuju Angkor, dan paling murah di antara hotel yang lain. Harga yang kami dapatkan saat itu ??/malam. Murah kaan?

Dari hasil nego Endy, pemilik hotel bersedia menjemput kami di kantor Sinh Tourist, yang ternyata lumayan jauh dari hotel. Kami dijemput dengan menggunakan tuk-tuk, dengan supir yang bernama Wandi. Wandi ini tampangnya persis orang Indonesia, tapi sok manis dan sok merayu. Dia pernah bilang ke keshie “Your smile like a sunshine, heating my heart”. Hohoho…

Hotelnya sebenernya lumayan, tapi kamar yang diberikan ke kami kurang memuaskan. Awalnya sih kami akan diberikan kamar di lantai dua (yang menurut analisa kami itu kamar yang lebih bagus). Tapi paha gue dan keshie sakiit banget gara-gara merangkak di Chu Chi Tunnel kemaren. Jadi kami meminta kamar di bawah aja. Mereka sempat agak bingung sih, mungkin karena kamar yang di bawah kualitasnya ga sebaik yang di atas kali ya.

Sebenernya, kamar gue dan keshie lumayan hanya agak berdebu dan panas (karena ga ada AC). Kamar Endy dan Ajeng tampaknya lebih parah karena terletak di sebelah dapur. Pastinya lebih lembap ya.. Oya, menurut mereka kamar mereka juga banyak nyamuk. Kalau gue sih ga ngerasa gitu, kulit badak sih…

Oya, si wandi itu, sang supir tuk-tuk ternyata menjemput kami bukan tanpa pamrih. Ada udang di baling bakwan goreng. Dengan menjemput kami tadi, dia mengharapkan kami akan memakai jasa dia untuk berkeliling Siam Reap. Sesaat setelah sampai di hotel, dia langsung ngajak kami membicarakan “our business plan for tomorrow”.

Untuk menuju ke Angkor Wat, dia membandrol harga $20. Menurut dia, itu harga yang murah, dia ga mau ngasih harga yang mahal yang mesti kita tawar. Uhh…murah apanya. Gue minta 10 dolar, tapi dia ga mau. Akhirnya gue bilang, kita mau cari yang lain dulu.

Tampang dia, yang semula ramah, berubah menjadi menyebalkan. Begitu gue dan kawan-kawan keluar dari hotel, dia mencegah kita, bilang kalau harganya bisa turun. Dia ngotot minta 15, gue minta 12. Dia bilang itu jauh lah, harus beginilah, begitulah. AKhirnya dia turun menjadi 14, dan daripada capek muter nyari tuk-tuk lain, gue menyerah di angka 13. Eh, dia malah bilang “one dollar have no meaning. It’s not too much”. Ditambah lagi, si pemilik hotel ngomporin dengan bilang “Oh, for you, one dollar means a lot?” Gue jawab aja: iya. Sebel gue. Setelah berdebat panjang lebar, akhirnya kita sepakat di angka 13.

Alamat hotel:
Popular Guest House #033, group 10, Viheachin Village, Svaydangkum commune,
Siem Reap District, Siem Reap. Tel : (855) 12 916165



Keliling Angkor Wat
Pagi-pagi bener (jam 4.30) si Wandi ngejemput gue dkk di depan hotel. Tujuan Wandi menjemput kami di pagi buta adalah agar kami bisa menyaksikan sunrise di Angkor Wat, yang termahsyur itu.  Sebelum tidur gue sempet mengkhawatirkan dua hal. Pertama, paha gue yang sakit banget sehabis merangkak masuk ke Chu Chi Tunnel. Kedua, ujan yang ga berenti-berenti semaleman. Alhamdulillah, Allah emang Maha Baik. Kaki gue sembuh (berkat salep mujarab yang beli di apotek) dan hujannya berhenti. (kata orang sana, gue beruntung. Sudah beberapa hari ujan ga berenti-berenti)

Setengah jam kemudian, gue sampai di depan gerbang kompleks Angkor. Sebagai informasi, Angkor adalah nama kompleks seluas 400 km yang berisi ratusan candi peninggalan Raja Hindu yang dibangun dari abad ke 9 hingga abad ke-15.  Salah satu candi di sini, yang paling terkenal, adalah Angkor Wat. Selain itu, masih banyak candi lain yang ada di kompleks ini misalnya Angkor Thom dan Ta Phrom, tempat syuting film Lara Croft.

Untuk masuk ke dalam kompleks Angkor Wat, gue mesti merogoh kocek yang cukup lumayan. $ 20 buat one day pass. Selain tiket one day pass, dijual juga tiket pass buat 2 hari, 3 hari, seminggu dan sebulan! Banyak yang bilang, sehari mana cukup. Emang sih, kalau emang niat ngelilingin seluruh komplek angkor wat, ga bakalan cukup sehari ya. Perlu dua atau tiga hari. Apalagi kalau pengen mengeksplor candinya satu persatu dan melihat secara detail bagian-bagian candi. Kalau hanya sight seeing macam gue ini, sehari udah lebih dari cukup. Bosen juga liat candi mulu. 

Selepas gerbang tiket, Wandi mengajak kami ke pertama hari itu: menyaksikan matahari terbit di lotus pond di depan Angkor Wat. Sesampainya di sana, suasana masih gelap tapi udah banyak banget orang yang berkerumun di depan danau, mencari spot yang tepat untuk mengabadikan keindahan angkor wat. Tempat-tempat terbagus biasanya udah diisi oleh bangku-bangku yang disewakan oleh ibu-ibu penjual makanan. Tapi jangan khawatir ga dapet spot, tempatnya luas kok. Kalaupun ga dapet, nyelip aja di antara bangku-bangku itu :p. 

Memang, saat matahari muncul, angkor wat menjadi sangat indah. Bentuk candi, yang tadinya gelap tak terlihat, sedikit demi sedikit muncul sebagai siluet, dengan latar belakang langit yang kemerahan. Yang keren, bayangan candi juga muncul di lotus pond. Mistis dan luar biasa… Kata temen gue, Borobudur di waktu sunrise juga sama indahnya dengan Angkor Wat. Sayangnya gue belom pernah ngeliatnya.

Setelah puas melihat sunrise, gue dkk pun masuk ke dalam candi. Candinya gede ternyata, dengan banyak ruang dan lorong di dalamnya. Honestly, ini candi emang keren, apalagi buat yang hobi fotografi. Pantesan aja temen gue yang fotografer bilang, dia menghabiskan waktu setengah hari di situ. Tapi karena gue bukan fotografer apalagi arkeolog, cukuplah sejam aja di sana. 

Selepas dari sana, gue melanjutkan ke candi berikutnya yakni Angkor Thom atau dikenal juga dengan nama Bayon Temple.  Candi ini terkenal karena banyak patung four budha faces (patung budha dengan empat sisi), yang dipercaya membawa keberuntungan dalam hidup. Sewaktu di Thailand dulu, gue sempet dijelasin arti masing-masing wajah. Tapi totally lupa…:P

Setelah itu, gue dan kawan-kawan mengunjungi Ta Phrom, tempat yang dijadikan settingnya Lara Croft dalam Tomb Rider. Yang udah nonton felmnya pasti tau dong kayak apa candi ini. Yup, Ta Phrom adalah sisa-sisa candi yang berada di antara akar pohon besar. 

Perjalanan dilanjutkan dengan mengelilingi dan datang ke beberapa candi lain (yang namanya ga bisa gue inget). Menurut gue, selain 3 candi yang udah gue datangi tadi, candi yang lainnya biasaaa banget. Gue lebih menyukai candi prambanan yang cantik, atau candi Borobudur yang megah. Bukan gue sok nasionalis ya, tapi emang bener kok. 

Perjalanan berakhir di Bakheng Phom, buat melihat sunset. Bakheng Phom adalah sebuah candi yang terletak di sebuah bukit. Karena adanya di ketinggian itu, maka ia dijadikan tempat melihat sunset. Untuk mencapai candi itu, gue harus mendaki bukit yang lumayan tinggi ditambah mendaki anak tangga candi yang licin dan tinggi. (heran gue, kenapa orang dulu bikin anak tangga tinggi banget ya). Kalau ga mau capek jalan, sebenernya ada penyewaan gajah. Tapi harganya mehong bo..

Sayangnya, cuaca sangat mendung saat itu hingga matahari tetutup awan gelap. Uff..sia-sia deh perjuangan gue :p

Seusai dari angkor wat, gue minta diturunin di Noonnight Market, yang ternyata ga jauh dari hotel gue. Di sini banyak barang-barang lucu dan makanan aneh-aneh. Kalau yang ga sempet mampir ke Old Market atau Center Market tempat ini bisa jadi pilihan. Di sini, gue beli syal (yang ternyata anget banget) dan tempelan kulkas.

Oiya, tadi ga sengaja melewati area kantor Sinh Tourist berada. Sepertinya areanya bagus, dan cocok dijadiin tempat nongkrong atau ngafe-ngafe.

Tip:

  •            Bawa senter kecil, yang berguna banget karena banyak undakan di jalan menuju lotus pond, yang pastinya ga terlihat karena gelap.
  •            Harga makanan di area angkot cukup mahal. Paling murah adalah nasi goreng (tanpa telor) seharga 5 dolar. Jadi kalo mo irit tapi rada repot, bawa bekel sebanyak-banyaknya :p
  •            Kalau belanja di Kamboja, tawar setega mungkin. Penjualnya pasti bilang, kasianlah saya, tambah lagi harganya, nanti anak saya mo dikasi apa kalau harganya segini, saya rugi, bla..bla..bla. Jangan kesian, itu emang taktik mereka biar kita ga nawar terlalu jauh. 
  •           Hati-hati, di Siam Reap banyak copet dan banyak nyamuk!!


Labels: , , ,

Friday, January 7, 2011

Long Way to Angkor Wat (part 4): Menuju Phnom Penh

Karena pesawat ke KL bertolak dari Phnom Penh, gue dkk pun kembali menuju Phnom Penh. Sama seperti perjalanan ke sini, perjalanan pulang pun harus ditempuh selama 6 jam dengan menggunakan bus. Karena kemaren bus Sinh Tourist agak mengecewakan, kami pun ingin mencari bus lain. Ketika nanya ke petugas hotel, dia ternyata menjual tiket bus AC dengan harga cuma $ 6 (lupa nama bus-nya). Tanpa pikir panjang, kami langsung mengiyakan karena harga bus lain sekitar $ 10-12. Selain murah, kami ga perlu gotong-gotong ransel ke tempat bus, ataupun menyewa tuk-tuk.

Ternyata, bukan bus lah yang menjemput kami di hotel, melainkan mobil L300. Memang, bus hanya boleh masuk sampai terminal di ujung kota dan ga boleh masuk ke dalam kota Siam Reap. Karenanya, kami dijemput terlebih dahulu dengan menggunakan mobil kecil. Kalau naik tuk-tuk ke terminal ini, kabarnya memakan biaya $6/orang.

Preman dan banci di Bus ke Phnom Penh
Kejutannya bukan hanya itu. Ternyata bus yang kami tumpangi adalah bus umum alias bus yang emang biasa dipakai orang lokal untuk menuju kota. Mirip bus antar kota antar propinsi gitu lah. Busnya sih bagus dengan AC, tapi isi di dalamnya yang ga bagus. Di depan gue persis, duduk ibu dengan anaknya yang muntah di sepanjang perjalanan. Dan ibu itu ga berusaha sama sekali mengobati anaknya, atau paling enggak memberi kantong plastik buat muntahan anaknya. Sang kondektur lah yang berinisiatif memberikan kantong, pasti karena khawatir busnya bakal kotor dan ia mesti lembur buat bersihin muntahan si anak. 

Di sebelah kanan depan, ada kakek-kakek yang dengan setianya menaburkan minyak angin di seluruuh tubuhnya. Baunya itu loh, menjalar ke seluruh bagian bus. Di dua deret belakang gue, ada bapak-bapak yang tampangnya sangar banget, yang tidur dengan ngorok dan dengan seenaknya menaikkan kaki baunya ke atas kursi. Di kursi sebelah, ada banci yang serem banget dandannya. 

Kebayang kan? Eh, bukan cuma itu. Di sepanjang jalan, si supir menyetel karaoke khas Kamboja yang musiknya mirip dengan dangdut Pantura. Diselingi dengan lawak berbahasa Khmer yang membuat semua orang di bus (kecuali gue dkk) tertawa terbahak-bahak. 

Karena duduk di pinggir jendela, pake masker dan pake earphone, gue ga terlalu masalah dengan hal tersebut sebenarnya. Itung-itung ngeliat kehidupan sebenarnya orang sini. Tapi 3 rekan perjalanan gue ternyata ga suka dan ngomel-ngomel sepanjang jalan.

Labels: , ,

Thursday, January 6, 2011

Long Way to Angkor Wat (part5): Keliling Phnom Penh

Sekitar jam 1, kami sampai di Phom Penh. Begitu keluar dari tempat bus, puluhan sopir tuk-tuk langsung menghampiri. Males dengan keributan itu, gue dkk berjalan sedikit mencari tempat yang lebih sepi. Di sana, kami menawar tuk-tuk seharga $10 untuk mengantar kami ke hotel, sekaligus mengantar kami ke killing field.
Hotel yang kami tempati ternyata cukup bagus. Namanya
-->Indochine. Letaknya ga jauh dari pinggir Sungai Mekong (bahasa kerennya Riverside) dan Royal Palace.

Oya, nama jalan di sini unik. Namanya berupa angka, jadi ada st 123, st 124, dan seterusnya. Enak, karena jelas mesti nyari ke mana dan berapa jauh dari tempat kita berada. 

Killing Field dan Ben Tanh Market
Setelah cuci muka, kami pun diantar ke killing field. Ternyata letaknya lumayan jauh, kira-kira makan waktu 45 menit dari hotel. Saran gue, siap-siap masker dan kacamata de, karena jalannya full of debu dan polusi.

Gue pikir, di killing field ini gue akan menemukan bangunan besar, dengan museum dan sebagainya, mirip lubang buaya gitu. Ternyata hanya ada satu monumen tinggi, tempat 9000 tengkorak bekas pembantaian Khmer ditaruh. Di belakang monumen, terdapat lubang-lubang yang konon adalah tempat mayat-mayat dikubur. Selain itu, ada gubug-gubung tempat pembantaian, ada untuk bayi, ada khusus wanita. Merinding deh..

Selain monumen, terdapat pula museum kecil yang berisi sejarah pembantaian. Dari situ gue baca, ternyata si PolPot (pemimpin Khmer dan perdana menteri Kamboja) ingin membersihkan etnisnya. Kaum yang dia anggap menenentang dan berpotensi menjatuhkan dia dibunuh. Artis, politikus, guru, sejarahwan, dan orang-orang pintar serta keluarganya dibunuh di sini. Ada pula yang diracun dengan menggunakan gas geosida.
Selepas dari ladang pembantaian itu, ada dua pilihan menghadang. Ben Tanh Market atau Russian Market. Entah kenapa, gue selalu suka liat pasar. Menurut gue, pasar mewakili kehidupan masyarakat sebenarnya. Tapi karena waktu ga cukup, akhirnya kami memilih Ben Tanh Market aja karena lebih dekat dengan hotel kami.

Ben Tanh market adalah sebuah pasar tua di yang gedungnya bergaya Perancis. Gedungnya bulet, berwarna kuning, dan di bagian tengahnya berbentuk kubah. Menarik sih..

Labels: , ,

Warung Bali di Phnom Penh

Info yang gue dapet dari milis Indobackpacker, di Phnom Penh ini ada orang Indonesia yang membuka restoran yang bernama Warung Bali. Setelah muter-muter dan nyasar ke sana sini, akhirnya gue menemukan warung milik Mas Firdaus itu. Ternyata, warung itu terletak persis di depan taman di dekat Grand Palace, yang berarti Cuma 4 blok dari hotel gue. Oalah..

Mas Firdaus ini cerita, kalau sebelumnya dia kerja sebagai juru masak kedutaan Indonesia. Setelah berganti duta besar,dia berenti karena ga cocok dengan sang duta besar. AKhirnya dia diajak oleh seseorang untuk membuka café dengan nama Bali Café. Entah kenapa, café itu bangkrut. Akhirnya Mas Firdaus bersama seorang temannya buka restoran baru yang diberi nama Warung Bali.

Makanan di sini cukup beragam, ada makanan Indonesia kayak gado-gado dan nasi goreng, ada pula makanan Kamboja. Rasanya enak, terjamin halal, dan yang pasti harganya murah dibanding restoran lain yang ada di phnom penh ini. Berempat, gue hanya habis sekitar 15 dolar, dengan perut kekenyangan dan masih ada sisa yang bisa dibungkus. Lucunya, setiap gue tanya beraa isi satu porsi, Mas Firdaus selalu jawab 4 buah perporsi. Entahlah apa isinya emang segitu, atau dia ngepas-ngepasin sama jumlah geng gue yang emang ber-4.

Selain Mas Firdaus, di sana ada dua orang lagi yakni seorang bapak (yang gue lupa namanya) dan anaknya yang baru sampai di Kamboja ini. Di awal pertemuan, si ABG ini formal banget nanya dengan bahasa sopan, tapi lama-lama dia pake bahasa gaul dan alay. Malah si ABG ini ngajakin kita ke sebuah tempat loh, yang dia bilang sebagai Ancolnya Kamboja. Huahahaha…

Alamat Warung Bali: St 178 No 25 Eo. Telp: 012 967480/ 012 831528

Labels: , ,

Grand Palace dan Riverside


Keesokan harinya, kami sepakat untuk mengunjungi Grand Palace, istana raja yang letaknya ga terlalu jauh dari hotel kami. Menuju Grand Palace, kami melewati riverside (tepi sungai Mekong).  Tepian sungai ini menurut gue bagus loh, walaupun sungainya keruh dan coklat. Jadi, di pinggir sungai ini dibuat semacam trotoar yang lebarnya lebih dari 5 m. Di trotoar ini terdapat bangku-bangku dan taman. Saat malam hari, trotoar ini jadi tempat latihan anak muda buat belajar breakdance, skateboard, dan segala macam kegiatan anak muda lainnya. Kalau siang hari tempat ini kosong melompong.

Di seberang riverside ini terdapat bangunan-bangunan yang menurut gue lumayan menarik. Secara gue lulusan arsitektur, gue emang demen banget liat bangunan-bangunan cantik. Apalagi kalo dibawah bangunan itu dibangun café-café terbuka yang menghadap langsung ke jalan. Berasa di Paris.. (hehehe..kayak pernah ke paris aje)

Di jalan menuju Grand Palace, ada beberapa supir tuk-tuk yang menghampiri kami, menawarkan jasa tuk-tuknya. Karena kami menolak, mereka bilang kalau Grand Palace hari itu tutup karena ada hari besar keagamaan. Hehehe…tipuan lama. Di Thailand gue juga sempet dibilang begitu, dengan harapan kita akan mengubah tujuan kita dan akhirnya ikut bersama mereka. 

Nyatanya, Grand Palace ga tutup sama sekali. Emang sih, dari trotoar riverside ga keliatan pintu masuknya. Pintu utamanya, yang berupa gerbang besar di depan taman, emang ditutup karena itu ga boleh dimasuki umum. Pintu untuk masyarakat dan turis terletak kira-kira 200 meter di samping kiri gerbang tadi. 
Grand Palace ini ternyata mirip dengan grand palace di Bangkok. Bedanya, ini lebih kecil dengan bangunan yanglebih sedikit. Oya, Grand Palace dibuka jam 8:00-11:00 (morning shift) dan 14:00-17:00 (afternoon shift).  Untuk masuk ke dalam sini harus membayar $10.

Seusai mengeliling Grand Palace, kami kembali lagi ke Warung Bali. Makan sekaligus pamitan karena kami harus kembali ke Kuala Lumpur.

Labels: , ,